PROSES KREATIF MENULIS CERPEN
Pengarang : Hermawan Aksana
Penerbit : NUANSA
Cetakan : Pertama,November 2011
Harga : Rp 37.500
Tebal Halaman : 212
halaman
Gambar
Sampul : Seorang pria dewasa
mengenakan kemeja pendek dan
kacamata
sedang menulis di sebuah buku. Latar belakang berwarna coklat muda.
BAB I
KAU CERDAS MAKA KAU SEKSI
Seksi
tidak hanya berkaitan dengan tampilan fisik. Seksi adalah kesan yang kita
tangkap karena pancaran kecerdasan seseorang. Ada aura yang seakan-akan
bersinar yang membuat tampilannya secara fisik menjadi indah. Menjadi sedap di
pandang.
Seorang
sahabat juga, Iqbal M. Dawami ,menulis dalam blognya- setelah ia membaca buku
psikolog dunia Howard Gardner dan Thomas Armstrong –bahwa menulis bisa meningkatkan keceradan kita,setidaknya dua
dari tujuh kecerdasan menurut Gardner. Menurut Armstong dua kecerdasan itu ,
kecerdasan lingulistik(word smart) dan kecerdasan intrapribadi (self smart )
,bisa ditingkatkan dengan aktivitas menulis.
Adalagi
kalimat yang kubaca dari seseorang : membaca
itu indah,menulis itu seksi. Jadi, untuk anak-anak muda Indonesia ,ayolah menulis. Ayolah menjadi
cerdas. Ayolah menjadi seksi.
Menurutku,petunjuk
menulis itu tetap perlu. Setidaknya,bisa menjadi semacam rambu atau pegangan.
Atau kalau bisa memercikan gagasan bagi pembaca atau memicu motivasi ,itu sudah
melegakan. Hanya memang perlu dicatat,petunjuk menulis berbeda dengan petunjuk
memasak dan praktikum fisika. Petunjuk menulis lebih banyak memberikan jalan
,rambu-rambu yang boleh dipatuhi boleh pula tidak. Tidak ada keharusan seorang
penulis mengikuti satu demi satu petunjuk.
Menulis
itu bukanlah kegiatan yang rumit. Menulis juga tidak memerlukan bakat besar.
Bakat yang biasa-biasa saja punya peluang menjadi penulis. Tentu saja akan
selalu ada hambatan. Kau pasti akan pernah mengalami kesulitan mengawali
mengarang. Aku pun mengalaminya.Kau tentu pernah membentur kemacetan ketika menulis. Aku pun sering. Kau mungkin pernah binggung menulis judul. Aku
juga begitu. Jadi,dalam buku ini , aku tidak berprestasi mengajari . Aku hanya
ingin berbagi.
BAB II
BERAWAL DARI CERPEN
Kenapa aku memulai dengan cerpen ?
mungkin karena menurutku cerpen lebih gampang ditulis ketimbang artikel dan
apalagi novel. Yang pasti,cerpen jauh lebih pendek dibandingkan novel meskipun
sebenarnya tak ada batasan yang jelas. Tapi memang ada semacam ketentuan
tentang panjang pendeknya sebuah cerpen.
Dalam
sastra Barat, menurut panjang pendeknya ,cerpen (short story) dibagi menjadi tiga yaitu: cerpen pendek (short short stories), cerpen biasa (short stories), cerpen panjang (long short stories).
Banyak
judul pada karya-karya Khalil Gibran juga bisa dimasukkan ke dalam kelompok
cerpen pendek.Belakangan malah marak apa yang disebut “fiksi mini”,yang panjang
nya hanya satu atau dua alinea ,yang mengandung beberapa ratus karakter ,tidak sampai seratus kata. Setelah
muncul twitter ,berkemang lagi “fiksi
mini” yang lebih mini, maksimal panjang huruf yang bisa tertampung di Twitter yakni 140 karakter termasuk
spasi dan nama pengirimnya.
Cerpen biasa agaknya paling umum
kita jumpai di berbagai media massa ,terutama di surat-surat kabar harian,tabloid, dan majalah-majalah.
Panjangnya kira-kira 5-10 halaman kertas quarto spasi ganda atau sekitar 1.000
sampai 2.000 kata. Atau kalimat diketik dengan komputer, kira-kira 8-9 ribu
karakter.
Adapun
cerpen panjang umumnya dijumpai di mancanegara. Panjangnya bisa sampai emat
kali lipat cerpen biasa. Sebagai perbandingan,di Indonesia panjang long short story setara dengan panjang
novelet. Namun novelet sendiri umunya tidak selalu bisa disebut sebagai cerpen
panjang, melaikan novel pendek.
Pada
cerpen terdapat hanya satu insiden utama yang menguasai jalan cerita ,hanya ada
seorang pelaku utama,dan jalan ceritanya padat. Oleh sebab itu,dalam sebuah
cerpen harus tercipta satu kesan saja.
BAB III
TERSERAH MAU JENIS CERPEN APA
Menurut jenis tema dan isinya,cerpen
dibagi menjadi empat yaitu : cerpen anak-anak,cerpen remaja,cerpen keluarga,
dan cerpen umum.
Cerpen anak-anak tentu saja dibuat
untuk menjadi bacaan anak-anak.,terutama anak sekolah dasar. Bahasa yang dipakai
sederhana.Persoalan yang diangkat tentu dari kehidupan sehari-hari yang dialami
anak-anak. Jangan kira menulis cerpen anak-anak itu lebih gampang daripada
menuli cerpen sastra. Kita harus masuk dalam dunia anak-anak. Berfikir secara
anak-anak. Membuat dialog seperti anak-anak. Kelemahan cerpen anak-anak yang
ditulis oleh orang dewasa adalah si penulis berfikir sebagai orangtua,hanya
menempatkana anak-anak sebagai objek yang harus di gurui. Di Indonesia banyak
pengarang senior yang menulis cerita anak-anak,misalnya Joko Lelono,dan Ali
Muakhir.
Cerpen remaja ditulis untuk dibaca
oleh para remaja,atau ABG. Sekarang malah ada istilah tinlit(di ambil dari kata teen literature). Menurut panjangnya
cerpen remaja lebih panjang dibandingkan cerpen anak-anak. Cerpen remaja
umumnya berkisah tentang kehidupan remaja,mulai dari konflik dengan orangtua,cinta
terhadap teman seusia,pertualangan,dan lain-lain. Dalam membuat cerpen
remaja,kadang kita perlu mengikuti bahasa mereka terus berubah dari tahun ke
tahun.
Cerpen keluarga umumnya muncul pada
majalah/tabloid keluarga atau biasa disebut sebagai majalah/tabloid wanita. Cerpen
ini biasanya berkisang tentang persoalan rumah tangga.
Cerpen umum,biasanya dimuat di
surat-surat kabar. Sebagian besar Koran di Indonesia menyediakan rubrik khusus
cerpen ini,kebanyakan pada edisi minggu nya. Tema cerpen Koran ini sangat luas.
Perbedaanya umunya terletak pada panjang karangan. Cerpen dimajalah dan jurnal
biasanya lebih panjang,bisa dua atau tiga kali ,dibandingkan Koran
BAB IV
UNSUR-UNSUR FIKSI
·
Tema
Tema adalah pokok pikiran yang menjadi dasar cerita.
Apa yang hendak kita sampaikan dalam cerita,itulah tema. Pesan kita melalui
cerita itulah tema. Pada
umumnya,pengarang menyusun karangan setelah mempunyai tema. Kalau belum ada
tema,sama saja kita berjalan di tempat gelap,tidak tahu arah yang kita tuju.
Dalam cerita anak-anak atau dongeng tema kerap dinyatakan di akhir cerita. Namun,dalam
cerpen yang berhasil,tema justru tersamar dalam sebuah unsur cerita.
·
Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan
dijalin sedemikian rupa sehingga menggerakkan jalan cerita,dari awal,tengah,
hingga mencapai klimaks dan akhir cerita. Ada banyak cara untuk menyusun alur
cerita. Namun kesemua cara itu umumnya
bisa dikelompokkan kedalam dua cara. Pertama,cara kronologis,yakni merangkai peristiwa demi peristiwa dari awal sampai
akhir berdasarkan urutan waktu. Kedua,cara
flashback,yaitu menceritakan lagi peristiwa masa lalu di tengah-tengah
cerita. Biasanya flashback dipakai
kalau pengarang memerlukan latar
belakang yang mendalam.
·
Karakterisasi
Karakterisasi atau perwatakkan merupakan gambaran
tentang tokoh cerpen. Bisa tentang gambaran fisik (jenis kelamin. Wajah, mata, rambut,
pakaian, umur, pekerjaan, caranya berjalan, dsb), bisa juga gambaran kejiwaan
dan emosinya (perilaku, kesedihan, kemarahan,dsb). Cerpen-cerpen klasik biasa
menggambarka si tokoh melalui narasi tersendiri. Namun pada cerpen-cerpen
mutakhir, penggambaran tokoh bisa masuk dibagian mana pun bisa didalam narasi, bisa
pula dalam dialog dan dapat terselip di semua paragraf. Hanya perlu di
perhatikan bahwa watak si tokoh hendaknya sudah tergambarkan pada alenia-alenia
awal.
BAB V
LANGSUNG JADI ATAU KERANGKA DULU
Banyak
pengarang yang mampu menulis cerpen sekali jadi, tanpa perlu perbaikan lagi. Tapi
banyak pula yang membuat dulu kerangka dan sinopsis (ikhtisar cerita). Cara
mana yang lebih baik, tergantung pada kemampuan si pengarang. Kalau memang
mampu, tak ada salahnya menulis langsung jadi. Konon putu wijaya biasa menulis
cerpen secara langsung jadi meskipun demikian,bagi pemula disarankan lebih dulu
membuat kerangka cerita. Kerangka ini akan sangat bermanfaat kalau dibuat
tertulis. Apakah mau menulis langsung jadi atau membuat dulu kerangkanya, itu
perkara kebiasaan. Mana yang nyaman bagi kita,itulah yang kita pilih.
BAB VI
AKU,KAU,ATAU DIA
Sudut
pandang penceritaan biasa melalui orang pertama (aku,saya), bisa juga melalui
orang ketiga (ia,dia). Sudut pandang orang pertama memaparkan kisah berdasarkan
apa yang dilihat,dirasakan,dan dipikirkan oleh tokoh “aku” atau “saya”. Oleh
karna itu,harus diperhatikan bahwa seorang tokoh “aku” tak mungkin tahu apa
yang di rasakan dan di pikirkan oleh orang lain. Paling-paling tokoh “aku”
hanya bisa menduga-duga perasaan dan
pikiran orang lain.
Sudut
pandang orang pertama punya kelebihan mampu mengungkapkan isi hati dan
pikiransi tokoh semaksimal mungkin. Kelemahannya,cerita ini tidak bisa
mengorek isi hati dan pikiran tokoh lain selain “aku”. Selain itu,peristiwa
yang bisa dituturkan hanyalah apa saja yang
dialami,dirasakan,dipikirkan,didengar,dan dilihat sitokoh “aku”.salah satu
kekeliruan yang kerap dilakukan penulis pemula yang memakai sudut pandang orang
pertama adalah tokoh lain diluar si “aku” juga diketahui isi hati dan pikirannya.
Pada
sudut pandang orang ketiga,pengarang bisa saja menceritakan sebatas apa saja
yang ia lihat ,seperti halnya penonton menyaksikan cerita film. Tapi bisa juga
pengarang bertindak sebagai semacam “orang yang serba tahu” ia bisa memaparkan
apa yang dirasakan dan dipikirkan semua tokoh dalam cerpen.
Teknik
yang lain, semacam campuran antara sudut pandang orang pertama dan sudut
pandang orang ketiga. Disini umumnya dipakai sudut pandang orang ketiga, tapi
pengarang hanya memaparkan apa yang dirasakan dan dipikirkan si tokoh utama.
Belakangan,penggunaan
sudut pandang orang kedua (kamu,kau) banyak dipakai oleh para pengarang.
BAB VII
IBARAT ETALASE
Semua
macam tulisan, termasuk cerpen terdiri atas tiga bagian utama ,yakni bagian
awal, bagian tengah dan bagian akhir . Bagian awal umumnta cukup terletak pada
alenia pertama .
Awal
pertama memang ibarat langkah pertama. Langkah pertama,dalam pekerjaan apapun,
mungkin akan terasa berat. Begitu juga dalam membuat cerpen . Membuat cerpen
yang baik perlu perhatian sangat khusus. Namun, kalau sudah didapat awalan yang
menarik , bagian berikutnya akan berjalan lancar.
Awal
cerpen yang terletak pada alenia-alenia pertama, ibarat etalase sebuah took.
Etalase harus ditata sedemikian rupa
sehingga menarik orang yang lewat dan berkunjung. Begitu juga alenia pertama
cerpen . Kita harus menyusun sedemikian rupa sehingga begitu membaca alenia
pertama pembaca akan terus diikat hingga alenia berikutnya.
Caranya,jangan
membuat awalan cerpen yang bertele-tele dan mendidkripsikan suatu hal secara berlebihan, karena pasti
akan membosankan. Alenia pertama itu harus langsung masuk cerita ,langsung menggambarkan
konflik. Awal cerpen juga jangan berisi kalimat-kalimat yang menggurui.
BAB VIII
MEMPERKAYA ISI CERITA
Cara
untuk memperkaya isi cerita diantaranya :
A.
Menggali
suasana
Kita
bisa menggali isi cerita dengan suasana yang ada disekitar kita.
B.
Perumpamaan
Untuk melukiskan sosok dan watak tokoh ,dan juga
suasana latar belakang cerita (waktu dan tempat) kita bisa menggunakan berbagai
cara, antar lain perumpamaan (majas ,metafora). Tentu saja kita menggunakan
majas yang sudah klise.
Dalam cerpen, pengibaratan macam rambutnya seperti mayang terurai,dagunya
seperti lebah bergantung, atau kembang seperti pinang dibelah dua sudah tak
menarik lagi.
Makin kreatif dan orisinal perumpamaan yang kita
buat, akan semakin memikat hasilnya. Seperti contoh dibawah ini ,laskar pelangi, Andrea Hirata menulis :
Saat itu aku merasa jarum detik seluruh jam yang ada
di dunia ini berhenti bedetak. Semua gerakanan alam tersentak diam di potret
Tuhan dengan kamera raksasa dari langit.
C.
Kata
sifat
Penggantian kata sifat tidak perlu berlebihan.
Jangan sampai terlalu berbunga-bunga karena harus ketat dan padat,penggambaran
kecantikan wajah seorang wanita pun tak perlu terlalu detail. Tidak perlu semua
bagian wajah (dari rambut,alis,mata,bulumata, hidung,pipi, bibir,gigi hinga
dagu) digambarkan sekaligus. Cukup dua atau tiga bagian saja. Seperti contoh di
bawah ini matanya bening seperti mata
kucing dan bibirnya merah dan basah.
D.
Kata-kata
yang bernas
Kata-kata yang
dipakai dalam cerpen adalah kata-kata yang memang dibutuhkan. Kalimat-kalimatnya tidak mengandung kata-kata
mubazir. Pilihan katanya ketat. Tiap kata benar-benar mendukung cerita
keseluruhan. Oleh Karen itu, pengarang yang baik tak pernah menggunakan
kata-kata yang berlebihan.
E.
Dialog
yang padat
Dalam cerpen, dialog harus benar-benar fungsional.
Artinya ,jangan membuat percakapan yang tidak mendukung cerita, apalagi keluar
dari alur,atau hanya sekedar bumbu. Hindari dialog yang dibuat hanya untuk
mengulur-ulur cerita.
F.
Logika
Meskipun fiksi, penulisan cerpen juga memperhatikan
logika. Apakah sebuah watak,adegan, atau alurnya masuk akal atau tidak . Logika
juga menyangkut jalan cerita. Sebuah cerita
tentang konflik antara anak dan ayah, misalnya sepanjang cerita
digambarkan saling benci antara mereka ,lalu secara masuk akal,tidak bisa
terjadi begitu saja. Kekuatan cerpen akan kelihatan disana, apakah penyelesaian masalah itu logis atau tidak.
BAB IX
AKHIR TERTUTUP DAN TERBUKA
Seperti
awal cerita,akhir cerita juga sangat penting . Bahkan sering pembaca memperoleh
kesan mendalam karena ending yang menarik.
Ada
direktur yang kalau memeriksa naskah cerpen yang masuk, ia akan membaca awal
cerpen kemudian akhir cerpen. Kalau awal dan akhir cerpen itu bagus,barulah ia
membaca secara keseluruhan. Kalau awal dan akhirnya kurang menarik ,redaktur
tersebut tak berselera lagi membaca secara keseluruhan dan membuang naskah itu
ke tempat sampah .
Pada
umumnya, ada dua macam akhir cerpen.
a. Ending
tertutup
Yaitu,
cerita yang sudah tuntas,jelas,sehingga pembaca tak perlu menyimpulkan sendiri
atau bertanya-tanya lagi.
b. Ending
Terbuka
Yaitu
akhir cerita yang dibuat mengambang, seakan-akan belum tuntas , sehingga terbuka kemungkinan
bagi pembaca untuk menafsirkan akhir ceritana. Belakangan, cerpen-cerpen umunya
diakhiri dengan ending terbuka.
Dalam
macam ending yang tertutup ,ada pengarang yang senang dengan ending yang sudah
bisa disuga,tapi banyak juga yang menyenangi ending mengejutkan. Ending yang
mengejutkan tentu akan memiliki efek yang lebih menyentak dibandingkan dengan
yang bisa diduga.
BAB X
JUDUL. GAMPANG-GAMPANG SUSAH
Membuat
judul itu memang gampang-gampang susah . Namun yang jelas, judul mesti
menyinggung isi cerpen, tapi juga menarik. Ada pengarang yang senang membuat
judul hanya berupa satu kata ,misalnya Putu Wijaya . Contohnya “Bom” “Tuk”
“Dor” .
Ada yang senang menggunakan dua kata
,misalnya kota mati, rumah tua . Ada yang senang
memakai nama tokoh arjuna ,rose,pak tua. Ada juga yang senang
memakai judul puitis,misalnya Ada Apa dengan Cinta, Sepotong Kisah yang
Hilang. Sebaiknya hindari judul-judul yang usang,yang sudah dipakai dalam
judul lagu,judul film dan lain-lain,atau ungkapan yang sudah umum ,misalnya Cinta
Pertama . Buatlah judul yang sesegar dan seorisinal.
Aku
kerap menerima pernyataan : membuat judul itu sebaiknya sebelum atau sesudah
menulis ? Biasanya kujawab : bisa sebelum bisa sesudah . Keduanya sama baiknya
tergantung kebiasaan tiap pengarang. Tetapi secara umum,aku lebih banyak
membuat judul setelah tulisan selesai.
Kenapa
begitu ? Setelah tulisan selesai, aku bisa tahu inti cerita yang kubuat . Biasanya judulku tidak lepas dari inti
cerita. Dengan begitu aku juga bisa menhindari judul yang terlalu jelas
menggambarkan isi cerita.
BAB XI
SUNTING DULULAH
Karya
yang baru ditulis umumnya belum sempurna betul. Oleh karena itu, biarkan ia
disimpan dulu barang sehari dua hari. Setelah itu kita ambil. Baca lagi. Namun
kali ini pengarang menepatkan diri sebagai pembaca atau editor. Ambil jarak antara pengarang dan karangannya.
` Dengan begitu , ia akan lebih mudah
cermat menemukan kekurangan pada karyanya. Buang yang berlebihan . Tambahkan
yang perlu .Benahi kesalahan-keslahan mengetikdan ejaan. Ubah kalimat yang
membingungkan.
Kalau
perlu, alur ceritapun bisa kita ubah.
Mungkin yan kita tulis dibagian depan
akan lebih pas kalau kita letakkan di bagian belakang. Barangkali kita
belum puas dengan awalnya. Boleh jadi ending-nya kurang menyentak, terlalu
datar, dan sebaganya. Setelah melalui penyuntingan, barulah kita dapat
menyebutnya sebagai sebuah karya.
Aku
punya rahasia : Kebanyakan redaktur cerpen lebih suka membaca karya yang
ditulis dengan rapi daripada membaca karya yang penulisannya masih acak-acakan-
tanda baca yang salah, kata yang kurang huruf, kalimat tanpa predikat ,awal
alenia yang tidak jelas, dan sebagainya. Cerpen demikian berpeluang di buang ke
tong sampah.
Jadi,
luangkan waktu dan sisihkan sebagian tenaga untuk proses penyuntingan karya
sendiri. Tapi ingat,penyuntingan dilakukan setelah setelah kita
menyelesaikan karya kita. Ketika menulis
upayakan jangan melakukan penyuntingan dulu. Itu akan membuat proses
penulisanmu tersendat-sendat.
XII
BISA DARI PENGALAMAN, BISA DARI
MIMPI
Satu
hal yang tak boleh diabaikan dalam proses penulisan cerpen adalah menggali sumber-sumber ide
(ilham). Ide ini semacam bahan mentah
cerpen. Tanpa barang mentah tentu takkan ada barang jadi. Tanpa ide,tak bakal
ada cerita. Dan karena ide kadang-kadang datang tak terduga, kita tentu saja
harus sigap menangkap kedatangannya.
Jadi,
kita harus aktif” menangkap ilham”, jangan hanya menunggu datangnya ilham dari
langit dengan hanya “merenung di kamar kecil”. Oleh karena itu, penulis atau
pengarang yang baik selalu siap dengan pulpen dan buku catatan. Tak ada
salahnya kemana-mana kita membawa kedua “senjata” itu. (Di zaman sekarang, kita cukup membawa ponsel
sebagai pengganti pulpen dan buku.) Sebab, ingatan kita sangat terbatas . Kalau
hanya mengandalkan ingatan ideide penulisan itu bisa-bisa akan cepat menguap. Di
sekitar kita, banyak sekali sumber ide untuk penulisan cerpen. Salah satu sumber yang cukup penting untuk
itu adalah pengalaman pribadi seorang penulis.
·
Pengalaman
Pribadi
Pengalaman
pribadi tentu saja bukan sebuah fiksi, melainkan sumber inspirasi yang bisa
diolah ke dalam fiksi. Sebagai pemula, kau mungkin takut menuliskan pengalaman
sendiri,terlebih jika menyangkut masalah pribadi , misalnya persoalan naksir ,
jatuh cinta, ciuman pertama,kemiskinan dirinya, kejengkelan terhadap presiden
,dan sebagainya. Padahal soal-soal pribadi itu dirasa menarik untuk ditulis.
Kubilang,jangan
takut dan ragu menuliskan pengalaman pribadi. Kita akan lebih mudah menulis apa
yang kita alami daripada apa yang kita alami. Malah bisa juga pengalaman yang
satu digabungkan dengan pengalaman lain,kemudian diramu membentuk cerita yang
baru. Akhirnya, tidak menjadi masalah cerpen yang dihasilkan menjadi berbeda
daripada pengalaman pribadi yang sebenarnya.
·
Sepenggal
Peristiwa dalam Kehidupan Pribadi Seseorang
Sepenggal peristiwa yang pernah dialami oleh
seseorang juga bisa menjadi sumber inspirasi untuk penulisan fiksi.
·
Obrolan
dengan Orang Lain
Obrolan dengan orang lain merupakan sumber yang
melimpah bagi ide penulisan cerita. Dengan siapapun kita ngobrol , baik dengan
teman dekat,saudara,anak-anak kecil kakek-kakek, orang yang baru dikenal,
maupun dengan orang gila ,sering timbul gagasan-gagasan yang segar.
·
Sejarah
Banyak pengarang yang menyusun cerita fiksi dengan
latar belakang sejarah. Salah satu pengarang yang sangat mahir mengangkat latar
sejarah ke dalam karya sastra adalah Pramoedya Ananta Toer.
·
Peristiwa-peristiwa
yang Ditulis Koran
Berita tentang kriminalitas ,bencana alam,
kecelakaan lalu lintas, sering menimbulkan gagasan penulis.
·
Peristiwa
yang terjadi Secara Kebetulan
Sebuah insiden acapkali memercikkan ilham bagi
penulis fiksi. Tidak peduli apakah insiden itu nyata atau imajiner. Yang
penting adalah bahwa ia menyentil fikiran seorang penulis. Karena itu, buku
catatan kecil adalah perangkat penting bagi seorang penulis untuk merekam
kelebatan peristiwa-peristiwa , apakah itu nyata atau imajiner.
·
Petualangan
Petualangan menyusuri tempat-tempat wisata atau
sering dituju para pencinta alam juga member kita gagasan yang selalu menarik
untuk ditulis.
·
Gejolak
Sosial Politik
Peristiwa social politik, sudah pasti menjadi sumber
inspirasi penulis karya-karya sastra. Bahkan di Indonesia angkatan dalam sastra
mengikuti momen-momen penting dalam sejarah politik negri ini.
·
Mimpi
Mimpi juga merupakan salah satu sumber ide
penulisan. Karena itu, jangan abaikan pengalaman mimpi kita. Sebaiknya catatlah
mimpi kita segera kita bangun tidur.
XIII
ANTARA BAKAT DAN KERJA KERAS
Talenta
merupakan satu faktor saja bagi seorang penulis. Posisinya penting,tapi bukan
yang paling menentukan. Memang umumnya, bakat selalu di perbandingkan dengan
kerja keras. Tanpa bakat sama sekali, kita paling-paling hanya menjadi penulis
menengah. Sebaliknya bakat tanpa kerja keras, kita tak akan jadi apa-apa.
Menulis bukan hak mereka yang memiliki bakat besar. Dengan bakat seadanya pun
kita bisa menjadi penulis. Percayalah.
XIV
TAK PERLU LAGI POS
Hari
gini tentu bukan zamannya lagi mengirim karangan dengan ditulis tangan. Diketik computer tentu akan lebih mudah. Baik
dengan mesin tik atau computer ,sebaiknya karangan ditulis dengan jarak dua
spasi. Kalau dengan computer tulisan bisa ditulis dengan huruf yang mudah
dibaca misalnya Times New Rowman,dengan ukuran huruf 12.
Pada
sudut kiri atas tulislah “CERPEN”,supaya memudahkan redaksi yang kita tuju
bahwa karya yang kita kirimkan adalah cerpen. Setelah selesai, di bagian akhir
ditulis data diri kita sekadarnya
diserta alamat dan nomor telepon kita. Bila perlu ,tuliskan pula lamat e-mail
kita. Kemudian, masukkan kedalam amplop panjang atau amplop besar. Tulislah
alamat tujuan dengan lengkap,termasuk kode posnya. Tulis juga alamat lengkap
pengirim. Namun, dipikir-pikir,sekarang cara demikian pun sudah kelihatan
sangat jadul.
Dan
sekarang, hampir semua media menerima karangan yang dikirim lewat e-mail. Cara
apapun yang dipakai ,salah satu hal yang perlu diingat : jangan mengirim karya
yang sama ke lebih dari satu media massa. Memang belum ada aturan yang melarang
mengirim satu karya ke media massa yang berbeda. “sangsinya” biasanya cukup
berat kalau ketahuan. Bisa-bisa nama kita masuk black list media massa yang
bersangkutan. Setidaknya,ada pembaca yang protes dan kredibilitas kita
berkurang.
XV
PERLUKAH KENAL DENGAN REDAKTUR
Percayalah
karya yang baik dan bermutu tidak akan terantung pada kedekatan redaktur. Siapa
pun redaktur nya ,karya yang bermutu pasti akan kelihatan.
Para
pengarang yang terkenal pun pada mulanya tentu tidak terkenal. Ia terkenal
karena karyanya yang bermutu bukan karena dekat dengan redaktur,dan kemudian
dipublikasikan di mana-mana.
XVI
CERPEN YANG BERKESAN
Menurutku
cerpen yang berkesan itu adalah, yang Judul cerpen nya sangat
kuat,orisinal,langsung menempel di kepala,tapi sekaligus menilmbulkan rasa
penasaran.
Beberapa
kesalahan umum dalam proses kreatif penulisan fiksi:
1. Menunda-nunda
waktu menulis.
2. Berfikir
bahwa kita seorang yang pintar
3. Menuliskan
kata-kata yang rumit padahal sebenarnya bisa dituliskan dengan bahasa yang
lebih sederhana.
4. Memakai
orang-orang yang nyata dalam isi ceritanya.
5. Menjelaskan
dengan bahasa yang terlalu berbunga-bunga.
6. Menggurui
pembaca.
7. Menggurui
lewat tokoh-tokohnya.
8. Menggunakan
dialek berlebihan.
9. Berasumsisegala
tahu kapan mencari kebenarannya.
10. Berhenti
mencari sumber
11. Menyembunyikan
perasaan
12. Tidak
mengindahkan saran orang lain
13. Berhenti
ditengah jalan.
14. Cepat
menyerah.
15. Menunggu
waktu yang tepat untuk menulis padahal menulis padahal menulis bisa kapan saja.
16. Berprasangka
buruk terhadap editor.
17. Mengirim
satu karya ke banyak media massa.
18. Tidak
mengedit
XVII
TIDAK PUNYA WAKTU
Selalu
ada alasan yang membuat orang tidak menulis. Banyak sekali pekerjaan yang
membuat kita tidak sempat menulis. Nah, waktu yang bisa kita sisihkan dari
sejumlah aktivitas itu,katakanlah satu jam saja,atau satu alenia,syukur bisa
satu halaman,lebih baik lagi lebih. Kalau tiap hari bisa menulis satu halaman
secara konsisten,dalam setengah tahun bisa dihasilkan 180-an halaman, cukup
tebal untuk membuat satu novel.
Tidak
ada waktu untuk menulis ? omong kosong. “aku benar-benar tidak punya waktu.
Sulit sekali menyisihkan waktu dari semua
kegiatannku.”
Lima
belas menit saja tidak punya ? “tidak”
Kalau
begitu,tidak usah jadi penulis.
XVIII
BIARKAN SI KOMO LEWAT
Munculnya
situasi macet kadang tidak terduga. Kau sudah membuka komputer atau leptop. Layar
sudah membentang, siap untuk diisi deretan huruf. Di kepalamu sudah mengalir
alur cerita. Namun sekian lama kau hanya bengong menatap layar putih .
Kata-kata tidak bergumpalan tidak karuan bentuknya dikepala. Mungkin kau udah
mencoba mengetik beberapa kata. Lalu menghapusnya, mengganti dengan kata lain.
Tapi dihapus lagi. Dan akhirnya kau menyerah,bersandar di kursi dengan tatapan
kosong. Aku sering mengalaminya .Dan para penulis hebat itu pastilah punya cara
jitu untuk lepas dari kemacetan menulis.
Karena
kemacetan menulis bisa dialami siapa saja,kemacetan apa yang membedakan tiap
penulis adalah cara menyikapi kemacetan itu. Aku sendiri tidak akan memaksakan
kalau secara mendadak mengalami kebuntuan. Aku akan bangkit,jalan-jalan keluar
dari kamar,menghirup udara segar. Aku melakukan aktivitas yang dapat
menyegarkan pikiran.
Sebagai
pekerja jurnalistik,aku terbiasa berhadapan dengan tenggat. Tenggat adalah
sebuah garis batas khayali yang tidak boleh di langgar. Kalau kita langgar
,kita akan berhadapan dengan banyak konsekuensi buruk : cetak Koran
terlambat,makan koranpun akan terlambat beredar.
Ada
dorongan yang kuat untuk segera menyelesaikan tulisan jika aku sudah mulai
melihat garis maya bernama tenggat. Motivasi menjadi berlipat. Dan aku bisa
menulis dengan lebih cepat.
BAB XIX
MEMBACA ITU BERNAPAS
Memang
sudah penilaian lama bahwa minta baca bangsa kita parah. Bangsa kita bukan
bangsa yang memiliki budaya membaca. Membaca di anggap pekerjaan yang
sia-sia,membuang-buang waktu, yang hanya dilakukan oleh seseorang yang aneh.
Sampai
sekarang,aku tidak pernah berhenti membaca,dan tidak ingin berhenti. Ibaratnya sudah
menjadi kebutuhan,tak ubahnya seperti bernapas. Membacalah, maka akan
kautemukan banyak sumber ide bagi penulisan. Tulisan akan bertambah kaya. Gaya
tulisan akan terasah.
BAB XX
KEMAMPUAN BERBAHASA
Dengan
bahasa-tanda baca, ejaan, diksi, penyusunan kalimat, pengaturan alenia, dan
lain-lain—kita menyusun sebuah bangunan bernama tulisan atau karangan. Ibarat
bahan bangunan,bahasa yang baik akan menghasilkan bangunan yang baik.
Kalai
kau enggan meningkatkan pengetahuan dalam pemakaian tanda baca dan
ejaan,memahirkan kemampuanmu dalam menyusun kalimat yang efektif , dan menambah
banyak simpanan kosakatamu,kau akan sulit mencapai kemajuan.
Buku
mengenai ejaan yang disempurnakan, tentang bahasa yang baik dan benar, serta
kamus bahasa dengan mudah didapat. Bahkan internet menyediakan kebutuhan secara
melimpah. Kamus Besar Bahasa Indonesia pun
tersedia versi daring(online)-nya.
BAB
XXI
DARI
IDE MENJADI KARYA
Dari kesukaan terhadap wayang, aku
dikemudian hari membuat sejumlah cerpen dengan tema wayang. Hanya saja, aku
tidak begitu saja memindahkan kisah wayang apa adanya sesuai dengan pakem.
Sebaliknya, aku kerap mereka-reka sehingga berbenturan dengan pakem. Cerpen
wayang,baik Mahabrata mauapun Ramayana ,menjadi sumber inspirasi sangat kaya
bagi penulisan cerpen.
Desa kelahiran adalah tempat yang subur
bagi ide penulisan. Tempat-tempat yang sederhana ternyata bisa menjadi sumber
inspirasi penulisan cerpen.
Teman-temanku,baik teman masa kecil
maupun di masa kemudian, menjadi inspirasi,lalu kujadikan nama tokoh cerpen.
Kadang ada perubahan sedikit namanya.
Jelas bahwa peristiwa besar seperti
tsunami dahsyat yang melanda Aceh pada akhir 2004,menjadi sumber ide yang
sangat kaya.
XXII
BUKU,BERMULA
DARI SAYEMBARA
Suatu hari, kudengar ada syaembara
menulis novel anak-anak. Isi cerita plus selipan ilmu pengetahuan dan teknologi
ditengah cerita. Dengan pengetahuan mengenai planet-planet dan matahari ,ku
tulis sebuah cerita dengan judul “ Bertamasya ke Angkasa Luar”.
Buku
ini aku selesaikandalam seminggu. Pada seminggu berikutnya,aku menyusun cerita
mengeani seorang murid sekolah yang dinakali teman sekelasnya. Kedua naskah itu
kuikutkan dalam syaembara. Ternyata dua-duanya lolos untuk diterbitkan, pada
1993. Kudengar buku itu beredar ke SD-SD hingga pelosok.
Pada 2003 sejauh ,bosku di kantor
mengusulkan agar cerpen-cerpenku di bukukan. Maka ku kumpulkan cerpen-cerpen
yang sudah ku publikasikan di media massa. Tak kurang dari lima puluh judul.
Kira-kira setahun sejak naskah
cerpen-cerpen itu kutitipkan ,terbitlah kumpulan cerpen-cerpen
pertamanku,berjudul Sang jelita , pada Desember 2004.
Bahwa menerbitkan kumpulan cerpen lebih
sulit dibandingkan dengan menerbitkan novel,aku mengalaminya sendiri.Aku punya
saran bagi penulis muda untuk menerbitkankumpulan cerpen.
Pertama,jangan mudah putus aja dalam
mencari penerbit. Kedua, penulis membiayai sebagian modal cetak. Ketiga,
terbitkan sendiri. Keempat, terbitkan kumpulan cerpen bersama penulis lain. Kelima,
jangan berfikir bahwa menerbitkan kumpulan cerpen akan menghasilkan financial
yangbesar. Keenam,marilah kita berdoa semoga di masa dating buku kumpulan
cerpen,kumpulan puisi,akan diterima pasar secara luas seperti halnya novel.
BAB
XXIII
KARENA
TEROBSESI DYAH PITALOKA
Novel memang menjadi obsesiku waktu
itu,setelah sekitar lima belas tahun menulis cerpen. Obsesiku yang lain adalah
sosok perempuan dalam sejarah Sunda yang konon sangat jelita sehingga Prabu
Hayam Wuruk pun tergila-gila.Ya, nama nya Dyah Pitaloka.
Secara garis besar,cerita tentang Perang
Bubat sudah ditulis sejumlah orang. Tapi aku mesti menyusun sendiri alur cerita
yang dimulai dari sosok Dyah Pitaloka. Aku juga melakukan riset. Mula-mula
riset pustaka. Aku membaca buku-buku yang menyinggung Perang Bubat. Setelah kurasa lengkap,barulah
aku mulai menulis. Aku menulis setiap hari,di rumah sebelum berangkat ke
kantor. Secara keseluruhan novelku terdiri atas 30 bab. Jadi aku menulisnya
dalam waktu sekitar sebulan. Setelah melalui penyuntingan sendiri, naskah itu
di print,dijilid rapi, dan dikirim ke Penerbit Grasindo karena aku hanya kenal
penerbit ini.
Pada Desember 2005,novel pun terbit
,dengan judul Dyah Pitaloka,Senja di Langit Majapahit, pada
pertengahan 2007 ,novel ini diterbitkan lagi dengan sampul yang berbeda dan
judul yang berbeda: Dyah Pitaloka,Koraban
Ambisi Politik Gajah Mada.
BAB
XXIV
MENULIS
BUKU CEPAT
Pada bulan April aku menerima telpon
dari Penerbit Bentang,ditawari untuk menulis buku seputar peristiwa di IPDN.
Kami diberi waktu hanya 10 hari. Maka,dalam sepuluh hari itulah aku dan
teman-teman berbagi tugas dan bahu-membahu mengerjakan proyek. Mencari bahan di
dokumentasi pemberitaan Trimbun Jabar,melakukan
wawancara dengan dosen IPDN,para Praja IPDN,dan sebagainya.
Setelah itu permintaan penulisan “buku
cepat” datang beruntun. Aku menyebutnya “buku cepat” dengan maksud dibuat
secara cepat ,terbit cepat ,dan kehangatan mungkin saja akan menghilang cepat.
BAB
XXV
MENYUNTING
BUKU
Pengetahuanku mengenai bahasa-meskipun
latar pendidikanku bukan bahasa-serta pengalaman sebagai penulis, dan kemudian
editor (redaktor) di media massa,rupanya membukakan peluang bagiku untuk
menjadi penyunting buku.
Awalnya,aku diminta menyunting
terjemahan novel The lvy chronicles karya
Karen Quinn,yang hendak diterbitkan C Publishing pada 2006.
Pada 2007, dalam perjalanan ke Jakarta
untuk menghadiri peluncuran buku merdeka
membunuhku pelan-pelan, aku dihubungi mbak Sinta dari Penerbit
Hikmah,memintaku untuk menyunting buku memoar 168 Jam dalam Sandera, karya Meuty Hafid.
Sayangnya,ketika aku menyunting buku
tentang kisah nyata Hee Ah Lee,pianis berjari empat,aku tidak bisa bertemu
dengan pianis ajaib itu. Dengan keterbatasan yang ada,aku pun menyelesaikan
penyuntingan buku The Four Fingers
Pianist yang ditulis Effendi.
Beberapa buku lain yang kusunting adalah
buku keagamaan.
BAB
XXVI
MENERJEMAHKAN
Seperti juga menulis,menerjemahkan buku
tampaknya sudah bisa menjadi pegangan hidup. Setidaknya temanku yang memutuskan
keluar dari tempat mereka bekerja dan memilih menjadi penerjemah freelance.
Bayarannya memadai,biasanya lebih tinggi disbanding editor.
Untuk bisa menjadi penerjemah yang baik,
apa pun yang diterjemahkan,kita harus menguasai dengan baik bahasa sumber dan
bahasa sasaran,serta tentu saja memahami materi yang diterjemahkan.
BAB
XXVII
MENJADI
REDAKTUR CERPEN
Mulai 2008 aku menjadi redaktur yang
menangani halaman budaya,termasuk cerpen,di harian Tribun Jabar.
Cerpen yang bisa dimuat adalah cerpen
yang sudah memenuhi syarat sebuah cerpen : ada cerita,ada tokoh,ada konflik,ada
penyelesaian. Tidak hanya itu. Ceritanya menarik,tidak klise. Pilihan kata dan
metaforanya kuat dan segar. Ada ketegangan. Penyelesaiannya masuk akal.
BAB
XXVIII
TETAP
DI JALAN PENA
Salah satu guruku mengarang, Aam
Amalia,pernah mengaku kecewa karena kebanyakan penulis yang sempat menjadi
muridnya tidak bertahan lama berkarya. Mereka punya bakat bersar, lalu membuat
satu-dua karya. Tapi dengan dalih digempur kesibukan pekerjaan kantor,mereka
bilang tidak punya waktu luang untuk menulis. Akhirnya,mereka benar-benar
berhenti menjadi penulis.
Seperti Achdiat Karya Mihardja
(1911-2010), yang tersohor sejak 1940’an melalui novelnya. Pada tahun 2006,di
usia 95 tahun. Aku ingin mengikuti jejak meraka,tak pernah kehilangan stamina
hingga masa senja. Aku juga tak ingin hanya,”sekali berkarya,sesudah itu mati
“. Aku ingin “terus berarti sebelum mati”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar