Selasa, 11 Oktober 2016

RINGKASAN BUKU NON FIKSI



PROSES KREATIF MENULIS CERPEN
Pengarang                   :           Hermawan Aksana
Penerbit                       :           NUANSA
Cetakan                       :           Pertama,November 2011
Harga                          :           Rp 37.500
Tebal Halaman            :           212 halaman
Gambar Sampul          :           Seorang  pria dewasa mengenakan kemeja pendek dan
kacamata sedang menulis di sebuah buku. Latar belakang berwarna coklat muda.


 BAB I
KAU CERDAS MAKA KAU SEKSI
Seksi tidak hanya berkaitan dengan tampilan fisik. Seksi adalah kesan yang kita tangkap karena pancaran kecerdasan seseorang. Ada aura yang seakan-akan bersinar yang membuat tampilannya secara fisik menjadi indah. Menjadi sedap di pandang.
Seorang sahabat juga, Iqbal M. Dawami ,menulis dalam blognya- setelah ia membaca buku psikolog dunia Howard Gardner dan Thomas Armstrong –bahwa menulis bisa  meningkatkan keceradan kita,setidaknya dua dari tujuh kecerdasan menurut Gardner. Menurut Armstong dua kecerdasan itu , kecerdasan lingulistik(word smart) dan kecerdasan intrapribadi (self smart ) ,bisa ditingkatkan dengan aktivitas menulis.
Adalagi kalimat yang kubaca dari seseorang : membaca itu indah,menulis itu seksi. Jadi, untuk anak-anak muda  Indonesia ,ayolah menulis. Ayolah menjadi cerdas. Ayolah menjadi seksi.
Menurutku,petunjuk menulis itu tetap perlu. Setidaknya,bisa menjadi semacam rambu atau pegangan. Atau kalau bisa memercikan gagasan bagi pembaca atau memicu motivasi ,itu sudah melegakan. Hanya memang perlu dicatat,petunjuk menulis berbeda dengan petunjuk memasak dan praktikum fisika. Petunjuk menulis lebih banyak memberikan jalan ,rambu-rambu yang boleh dipatuhi boleh pula tidak. Tidak ada keharusan seorang penulis mengikuti satu demi satu petunjuk.
Menulis itu bukanlah kegiatan yang rumit. Menulis juga tidak memerlukan bakat besar. Bakat yang biasa-biasa saja punya peluang menjadi penulis. Tentu saja akan selalu ada hambatan. Kau pasti akan pernah mengalami kesulitan mengawali mengarang. Aku pun mengalaminya.Kau tentu pernah membentur kemacetan  ketika menulis. Aku pun sering.  Kau mungkin pernah binggung menulis judul. Aku juga begitu. Jadi,dalam buku ini , aku tidak berprestasi mengajari . Aku hanya ingin berbagi.

 
BAB II
BERAWAL DARI CERPEN
            Kenapa aku memulai dengan cerpen ? mungkin karena menurutku cerpen lebih gampang ditulis ketimbang artikel dan apalagi novel. Yang pasti,cerpen jauh lebih pendek dibandingkan novel meskipun sebenarnya tak ada batasan yang jelas. Tapi memang ada semacam ketentuan tentang panjang pendeknya sebuah cerpen.
Dalam sastra Barat, menurut panjang pendeknya ,cerpen (short story) dibagi menjadi tiga yaitu: cerpen pendek (short short stories), cerpen biasa (short stories), cerpen panjang (long short stories).
Banyak judul pada karya-karya Khalil Gibran juga bisa dimasukkan ke dalam kelompok cerpen pendek.Belakangan malah marak apa yang disebut “fiksi mini”,yang panjang nya hanya satu atau dua alinea ,yang mengandung beberapa ratus  karakter ,tidak sampai seratus kata. Setelah muncul twitter ,berkemang lagi “fiksi mini” yang lebih mini, maksimal panjang huruf yang bisa tertampung di Twitter yakni 140 karakter termasuk spasi dan nama pengirimnya.
            Cerpen biasa agaknya paling umum kita jumpai di berbagai media massa ,terutama di surat-surat kabar  harian,tabloid, dan majalah-majalah. Panjangnya kira-kira 5-10 halaman kertas quarto spasi ganda atau sekitar 1.000 sampai 2.000 kata. Atau kalimat diketik dengan komputer, kira-kira 8-9 ribu karakter.
Adapun cerpen panjang umumnya dijumpai di mancanegara. Panjangnya bisa sampai emat kali lipat cerpen biasa. Sebagai perbandingan,di Indonesia panjang long short story setara dengan panjang novelet. Namun novelet sendiri umunya tidak selalu bisa disebut sebagai cerpen panjang, melaikan novel pendek.
Pada cerpen terdapat hanya satu insiden utama yang menguasai jalan cerita ,hanya ada seorang pelaku utama,dan jalan ceritanya padat. Oleh sebab itu,dalam sebuah cerpen harus tercipta satu kesan saja.


BAB III
TERSERAH MAU JENIS CERPEN APA
            Menurut jenis tema dan isinya,cerpen dibagi menjadi empat yaitu : cerpen anak-anak,cerpen remaja,cerpen keluarga, dan cerpen umum.
            Cerpen anak-anak tentu saja dibuat untuk menjadi bacaan anak-anak.,terutama anak sekolah dasar. Bahasa yang dipakai sederhana.Persoalan yang diangkat tentu dari kehidupan sehari-hari yang dialami anak-anak. Jangan kira menulis cerpen anak-anak itu lebih gampang daripada menuli cerpen sastra. Kita harus masuk dalam dunia anak-anak. Berfikir secara anak-anak. Membuat dialog seperti anak-anak. Kelemahan cerpen anak-anak yang ditulis oleh orang dewasa adalah si penulis berfikir sebagai orangtua,hanya menempatkana anak-anak sebagai objek yang harus di gurui. Di Indonesia banyak pengarang senior yang menulis cerita anak-anak,misalnya Joko Lelono,dan Ali Muakhir.
            Cerpen remaja ditulis untuk dibaca oleh para remaja,atau ABG. Sekarang malah ada istilah  tinlit(di ambil dari kata teen literature). Menurut panjangnya cerpen remaja lebih panjang dibandingkan cerpen anak-anak. Cerpen remaja umumnya berkisah tentang kehidupan remaja,mulai dari konflik dengan orangtua,cinta terhadap teman seusia,pertualangan,dan lain-lain. Dalam membuat cerpen remaja,kadang kita perlu mengikuti bahasa mereka terus berubah dari tahun ke tahun.
            Cerpen keluarga umumnya muncul pada majalah/tabloid keluarga atau biasa disebut sebagai majalah/tabloid wanita. Cerpen ini biasanya berkisang tentang persoalan rumah tangga.
            Cerpen umum,biasanya dimuat di surat-surat kabar. Sebagian besar Koran di Indonesia menyediakan rubrik khusus cerpen ini,kebanyakan pada edisi minggu nya. Tema cerpen Koran ini sangat luas. Perbedaanya umunya terletak pada panjang karangan. Cerpen dimajalah dan jurnal biasanya lebih panjang,bisa dua atau tiga kali ,dibandingkan Koran


BAB IV
UNSUR-UNSUR FIKSI
·         Tema
Tema adalah pokok pikiran yang menjadi dasar cerita. Apa yang hendak kita sampaikan dalam cerita,itulah tema. Pesan kita melalui cerita itulah tema.  Pada umumnya,pengarang menyusun karangan setelah mempunyai tema. Kalau belum ada tema,sama saja kita berjalan di tempat gelap,tidak tahu arah yang kita tuju. Dalam cerita anak-anak atau dongeng tema kerap dinyatakan di akhir cerita. Namun,dalam cerpen yang berhasil,tema justru tersamar dalam sebuah unsur cerita.

·         Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin sedemikian rupa sehingga menggerakkan jalan cerita,dari awal,tengah, hingga mencapai klimaks dan akhir cerita. Ada banyak cara untuk menyusun alur cerita. Namun kesemua cara  itu umumnya bisa dikelompokkan kedalam dua cara. Pertama,cara kronologis,yakni merangkai peristiwa demi peristiwa dari awal sampai akhir berdasarkan urutan waktu. Kedua,cara flashback,yaitu menceritakan lagi peristiwa masa lalu di tengah-tengah cerita. Biasanya flashback dipakai kalau pengarang  memerlukan latar belakang yang mendalam.

·         Karakterisasi
Karakterisasi atau perwatakkan merupakan gambaran tentang tokoh cerpen. Bisa tentang gambaran fisik (jenis kelamin. Wajah, mata, rambut, pakaian, umur, pekerjaan, caranya berjalan, dsb), bisa juga gambaran kejiwaan dan emosinya (perilaku, kesedihan, kemarahan,dsb). Cerpen-cerpen klasik biasa menggambarka si tokoh melalui narasi tersendiri. Namun pada cerpen-cerpen mutakhir, penggambaran tokoh bisa masuk dibagian mana pun bisa didalam narasi, bisa pula dalam dialog dan dapat terselip di semua paragraf. Hanya perlu di perhatikan bahwa watak si tokoh hendaknya sudah tergambarkan pada alenia-alenia awal.





BAB V
LANGSUNG JADI ATAU KERANGKA DULU
Banyak pengarang yang mampu menulis cerpen sekali jadi, tanpa perlu perbaikan lagi. Tapi banyak pula yang membuat dulu kerangka dan sinopsis (ikhtisar cerita). Cara mana yang lebih baik, tergantung pada kemampuan si pengarang. Kalau memang mampu, tak ada salahnya menulis langsung jadi. Konon putu wijaya biasa menulis cerpen secara langsung jadi meskipun demikian,bagi pemula disarankan lebih dulu membuat kerangka cerita. Kerangka ini akan sangat bermanfaat kalau dibuat tertulis. Apakah mau menulis langsung jadi atau membuat dulu kerangkanya, itu perkara kebiasaan. Mana yang nyaman bagi kita,itulah yang kita pilih.

BAB VI
AKU,KAU,ATAU DIA
Sudut pandang penceritaan biasa melalui orang pertama (aku,saya), bisa juga melalui orang ketiga (ia,dia). Sudut pandang orang pertama memaparkan kisah berdasarkan apa yang dilihat,dirasakan,dan dipikirkan oleh tokoh “aku” atau “saya”. Oleh karna itu,harus diperhatikan bahwa seorang tokoh “aku” tak mungkin tahu apa yang di rasakan dan di pikirkan oleh orang lain. Paling-paling tokoh “aku” hanya bisa menduga-duga  perasaan dan pikiran orang lain.
Sudut pandang orang pertama punya kelebihan mampu mengungkapkan isi hati dan pikiransi tokoh    semaksimal  mungkin. Kelemahannya,cerita ini tidak bisa mengorek isi hati dan pikiran tokoh lain selain “aku”. Selain itu,peristiwa yang bisa dituturkan hanyalah apa saja yang dialami,dirasakan,dipikirkan,didengar,dan dilihat sitokoh “aku”.salah satu kekeliruan yang kerap dilakukan penulis pemula yang memakai sudut pandang orang pertama adalah tokoh lain diluar si “aku” juga diketahui isi hati  dan pikirannya.
Pada sudut pandang orang ketiga,pengarang bisa saja menceritakan sebatas apa saja yang ia lihat ,seperti halnya penonton menyaksikan cerita film. Tapi bisa juga pengarang bertindak sebagai semacam “orang yang serba tahu” ia bisa memaparkan apa yang dirasakan dan dipikirkan semua tokoh dalam cerpen.              
Teknik yang lain, semacam campuran antara sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Disini umumnya dipakai sudut pandang orang ketiga, tapi pengarang hanya memaparkan apa yang dirasakan dan dipikirkan si tokoh utama.
Belakangan,penggunaan sudut pandang orang kedua (kamu,kau) banyak dipakai oleh para pengarang.

BAB VII
IBARAT ETALASE
Semua macam tulisan, termasuk cerpen terdiri atas tiga bagian utama ,yakni bagian awal, bagian tengah dan bagian akhir . Bagian awal umumnta cukup terletak pada alenia pertama .
Awal pertama memang ibarat langkah pertama. Langkah pertama,dalam pekerjaan apapun, mungkin akan terasa berat. Begitu juga dalam membuat cerpen . Membuat cerpen yang baik perlu perhatian sangat khusus. Namun, kalau sudah didapat awalan yang menarik , bagian berikutnya akan berjalan lancar.
Awal cerpen yang terletak pada alenia-alenia pertama, ibarat etalase sebuah took. Etalase  harus ditata sedemikian rupa sehingga menarik orang yang lewat dan berkunjung. Begitu juga alenia pertama cerpen . Kita harus menyusun sedemikian rupa sehingga begitu membaca alenia pertama pembaca akan terus diikat hingga alenia berikutnya.
Caranya,jangan membuat awalan cerpen yang bertele-tele dan mendidkripsikan  suatu hal secara berlebihan, karena pasti akan membosankan. Alenia pertama itu harus langsung masuk cerita ,langsung menggambarkan konflik. Awal cerpen juga jangan berisi kalimat-kalimat yang menggurui.











BAB VIII
MEMPERKAYA ISI CERITA

Cara untuk memperkaya isi cerita diantaranya :
A.    Menggali suasana
Kita bisa menggali isi cerita dengan suasana yang ada disekitar kita.
B.     Perumpamaan
Untuk melukiskan sosok dan watak tokoh ,dan juga suasana latar belakang cerita (waktu dan tempat) kita bisa menggunakan berbagai cara, antar lain perumpamaan (majas ,metafora). Tentu saja kita menggunakan majas yang sudah klise.
Dalam cerpen, pengibaratan macam   rambutnya seperti mayang terurai,dagunya seperti lebah bergantung, atau kembang seperti pinang dibelah dua sudah tak menarik lagi.
Makin kreatif dan orisinal perumpamaan yang kita buat, akan semakin memikat hasilnya. Seperti contoh dibawah ini ,laskar pelangi, Andrea Hirata menulis :
Saat itu aku merasa jarum detik seluruh jam yang ada di dunia ini berhenti bedetak. Semua gerakanan alam tersentak diam di potret Tuhan dengan kamera raksasa dari langit.

C.    Kata sifat
Penggantian kata sifat tidak perlu berlebihan. Jangan sampai terlalu berbunga-bunga karena harus ketat dan padat,penggambaran kecantikan wajah seorang wanita pun tak perlu terlalu detail. Tidak perlu semua bagian wajah (dari rambut,alis,mata,bulumata, hidung,pipi, bibir,gigi hinga dagu) digambarkan sekaligus. Cukup dua atau tiga bagian saja. Seperti contoh di bawah ini matanya bening seperti mata kucing dan bibirnya merah dan basah.




D.    Kata-kata yang bernas
Kata-kata yang  dipakai dalam cerpen adalah kata-kata yang memang dibutuhkan.  Kalimat-kalimatnya tidak mengandung kata-kata mubazir. Pilihan katanya ketat. Tiap kata benar-benar mendukung cerita keseluruhan. Oleh Karen itu, pengarang yang baik tak pernah menggunakan kata-kata yang berlebihan.

E.     Dialog yang padat
Dalam cerpen, dialog harus benar-benar fungsional. Artinya ,jangan membuat percakapan yang tidak mendukung cerita, apalagi keluar dari alur,atau hanya sekedar bumbu. Hindari dialog yang dibuat hanya untuk mengulur-ulur cerita.
F.     Logika
Meskipun fiksi, penulisan cerpen juga memperhatikan logika. Apakah sebuah watak,adegan, atau alurnya masuk akal atau tidak . Logika juga menyangkut jalan cerita. Sebuah cerita  tentang konflik antara anak dan ayah, misalnya sepanjang cerita digambarkan saling benci antara mereka ,lalu secara masuk akal,tidak bisa terjadi begitu saja. Kekuatan cerpen akan kelihatan disana, apakah  penyelesaian masalah itu logis atau tidak.











BAB IX
AKHIR TERTUTUP DAN TERBUKA
Seperti awal cerita,akhir cerita juga sangat penting . Bahkan sering pembaca memperoleh kesan mendalam karena ending yang menarik.
Ada direktur yang kalau memeriksa naskah cerpen yang masuk, ia akan membaca awal cerpen kemudian akhir cerpen. Kalau awal dan akhir cerpen itu bagus,barulah ia membaca secara keseluruhan. Kalau awal dan akhirnya kurang menarik ,redaktur tersebut tak berselera lagi membaca secara keseluruhan dan membuang naskah itu ke tempat sampah .
Pada umumnya, ada dua macam akhir cerpen.
a.       Ending tertutup
Yaitu, cerita yang sudah tuntas,jelas,sehingga pembaca tak perlu menyimpulkan sendiri atau bertanya-tanya lagi.
b.      Ending Terbuka
Yaitu akhir cerita yang dibuat mengambang, seakan-akan  belum tuntas , sehingga terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk menafsirkan akhir ceritana. Belakangan, cerpen-cerpen umunya diakhiri dengan ending terbuka.

Dalam macam ending yang tertutup ,ada pengarang yang senang dengan ending yang sudah bisa disuga,tapi banyak juga yang menyenangi ending mengejutkan. Ending yang mengejutkan tentu akan memiliki efek yang lebih menyentak dibandingkan dengan yang bisa diduga.






BAB X
JUDUL. GAMPANG-GAMPANG SUSAH
Membuat judul itu memang gampang-gampang susah . Namun yang jelas, judul mesti menyinggung isi cerpen, tapi juga menarik. Ada pengarang yang senang membuat judul hanya berupa satu kata ,misalnya Putu Wijaya . Contohnya “Bom” “Tuk” “Dor” .
            Ada yang senang menggunakan dua kata ,misalnya  kota mati, rumah tua . Ada yang senang memakai nama tokoh  arjuna ,rose,pak tua. Ada juga yang senang memakai judul puitis,misalnya  Ada Apa dengan Cinta, Sepotong Kisah yang Hilang. Sebaiknya hindari judul-judul yang usang,yang sudah dipakai dalam judul lagu,judul film dan lain-lain,atau ungkapan yang sudah umum ,misalnya  Cinta Pertama . Buatlah judul yang sesegar dan seorisinal.
Aku kerap menerima pernyataan : membuat judul itu sebaiknya sebelum atau sesudah menulis ? Biasanya kujawab : bisa sebelum bisa sesudah . Keduanya sama baiknya tergantung kebiasaan tiap pengarang. Tetapi secara umum,aku lebih banyak membuat judul setelah tulisan selesai.
Kenapa begitu ? Setelah tulisan selesai, aku bisa tahu inti cerita yang kubuat .  Biasanya judulku tidak lepas dari inti cerita. Dengan begitu aku juga bisa menhindari judul yang terlalu jelas menggambarkan isi cerita.










BAB XI
SUNTING DULULAH
Karya yang baru ditulis umumnya belum sempurna betul. Oleh karena itu, biarkan ia disimpan dulu barang sehari dua hari. Setelah itu kita ambil. Baca lagi. Namun kali ini pengarang menepatkan diri sebagai pembaca atau editor.  Ambil jarak antara pengarang dan karangannya.
`           Dengan begitu , ia akan lebih mudah cermat menemukan kekurangan pada karyanya. Buang yang berlebihan . Tambahkan yang perlu .Benahi kesalahan-keslahan mengetikdan ejaan. Ubah kalimat yang membingungkan.
Kalau perlu, alur ceritapun bisa  kita ubah. Mungkin yan kita tulis dibagian depan  akan lebih pas kalau kita letakkan di bagian belakang. Barangkali kita belum puas  dengan awalnya. Boleh jadi ending-nya kurang menyentak, terlalu datar, dan sebaganya. Setelah melalui penyuntingan, barulah kita dapat menyebutnya sebagai sebuah karya.
Aku punya rahasia : Kebanyakan redaktur cerpen lebih suka membaca karya yang ditulis dengan rapi daripada membaca karya yang penulisannya masih acak-acakan- tanda baca yang salah, kata yang kurang huruf, kalimat tanpa predikat ,awal alenia yang tidak jelas, dan sebagainya. Cerpen demikian berpeluang di buang ke tong sampah.
Jadi, luangkan waktu dan sisihkan sebagian tenaga untuk proses penyuntingan karya sendiri. Tapi ingat,penyuntingan dilakukan setelah setelah kita menyelesaikan  karya kita. Ketika menulis upayakan jangan melakukan penyuntingan dulu. Itu akan membuat proses penulisanmu tersendat-sendat.








XII
BISA DARI PENGALAMAN, BISA DARI MIMPI
Satu hal yang tak boleh diabaikan dalam proses penulisan  cerpen adalah menggali sumber-sumber ide (ilham).  Ide ini semacam bahan mentah cerpen. Tanpa barang mentah tentu takkan ada barang jadi. Tanpa ide,tak bakal ada cerita. Dan karena ide kadang-kadang datang tak terduga, kita tentu saja harus sigap menangkap kedatangannya.
Jadi, kita harus aktif” menangkap ilham”, jangan hanya menunggu datangnya ilham dari langit dengan hanya “merenung di kamar kecil”. Oleh karena itu, penulis atau pengarang yang baik selalu siap dengan pulpen dan buku catatan. Tak ada salahnya kemana-mana kita membawa kedua “senjata” itu.  (Di zaman sekarang, kita cukup membawa ponsel sebagai pengganti pulpen dan buku.) Sebab, ingatan kita sangat terbatas . Kalau hanya mengandalkan ingatan ideide penulisan itu bisa-bisa akan cepat menguap. Di sekitar kita, banyak sekali sumber ide untuk penulisan cerpen.  Salah satu sumber yang cukup penting untuk itu adalah pengalaman pribadi seorang penulis.
·         Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi tentu saja bukan sebuah fiksi, melainkan sumber inspirasi yang bisa diolah ke dalam fiksi. Sebagai pemula, kau mungkin takut menuliskan pengalaman sendiri,terlebih jika menyangkut masalah pribadi , misalnya persoalan naksir , jatuh cinta, ciuman pertama,kemiskinan dirinya, kejengkelan terhadap presiden ,dan sebagainya. Padahal soal-soal pribadi itu dirasa menarik untuk ditulis.
Kubilang,jangan takut dan ragu menuliskan pengalaman pribadi. Kita akan lebih mudah menulis apa yang kita alami daripada apa yang kita alami. Malah bisa juga pengalaman yang satu digabungkan dengan pengalaman lain,kemudian diramu membentuk cerita yang baru. Akhirnya, tidak menjadi masalah cerpen yang dihasilkan menjadi berbeda daripada pengalaman pribadi yang sebenarnya.

·         Sepenggal Peristiwa dalam Kehidupan Pribadi Seseorang
Sepenggal peristiwa yang pernah dialami oleh seseorang juga bisa menjadi sumber inspirasi untuk penulisan fiksi.

·         Obrolan dengan Orang Lain
Obrolan dengan orang lain merupakan sumber yang melimpah bagi ide penulisan cerita. Dengan siapapun kita ngobrol , baik dengan teman dekat,saudara,anak-anak kecil kakek-kakek, orang yang baru dikenal, maupun dengan orang gila ,sering timbul gagasan-gagasan yang segar.
·         Sejarah
Banyak pengarang yang menyusun cerita fiksi dengan latar belakang sejarah. Salah satu pengarang yang sangat mahir mengangkat latar sejarah ke dalam karya sastra adalah Pramoedya Ananta Toer.
·         Peristiwa-peristiwa yang Ditulis Koran
Berita tentang kriminalitas ,bencana alam, kecelakaan lalu lintas, sering menimbulkan gagasan penulis.
·         Peristiwa yang terjadi Secara Kebetulan
Sebuah insiden acapkali memercikkan ilham bagi penulis fiksi. Tidak peduli apakah insiden itu nyata atau imajiner. Yang penting adalah bahwa ia menyentil fikiran seorang penulis. Karena itu, buku catatan kecil adalah perangkat penting bagi seorang penulis untuk merekam kelebatan peristiwa-peristiwa , apakah itu nyata atau imajiner.
·         Petualangan
Petualangan menyusuri tempat-tempat wisata atau sering dituju para pencinta alam juga member kita gagasan yang selalu menarik untuk ditulis.
·         Gejolak Sosial Politik
Peristiwa social politik, sudah pasti menjadi sumber inspirasi penulis karya-karya sastra. Bahkan di Indonesia angkatan dalam sastra mengikuti momen-momen penting dalam sejarah politik negri ini.
·         Mimpi
Mimpi juga merupakan salah satu sumber ide penulisan. Karena itu, jangan abaikan pengalaman mimpi kita. Sebaiknya catatlah mimpi kita segera kita bangun tidur.
XIII
ANTARA BAKAT DAN KERJA KERAS

Talenta merupakan satu faktor saja bagi seorang penulis. Posisinya penting,tapi bukan yang paling menentukan. Memang umumnya, bakat selalu di perbandingkan dengan kerja keras. Tanpa bakat sama sekali, kita paling-paling hanya menjadi penulis menengah. Sebaliknya bakat tanpa kerja keras, kita tak akan jadi apa-apa. Menulis bukan hak mereka yang memiliki bakat besar. Dengan bakat seadanya pun kita bisa menjadi penulis. Percayalah.












XIV
TAK PERLU LAGI POS
Hari gini tentu bukan zamannya lagi mengirim karangan dengan ditulis tangan.  Diketik computer tentu akan lebih mudah. Baik dengan mesin tik atau computer ,sebaiknya karangan ditulis dengan jarak dua spasi. Kalau dengan computer tulisan bisa ditulis dengan huruf yang mudah dibaca misalnya Times New Rowman,dengan ukuran huruf 12.
Pada sudut kiri atas tulislah “CERPEN”,supaya memudahkan redaksi yang kita tuju bahwa karya yang kita kirimkan adalah cerpen. Setelah selesai, di bagian akhir ditulis  data diri kita sekadarnya diserta alamat dan nomor telepon kita. Bila perlu ,tuliskan pula lamat e-mail kita. Kemudian, masukkan kedalam amplop panjang atau amplop besar. Tulislah alamat tujuan dengan lengkap,termasuk kode posnya. Tulis juga alamat lengkap pengirim. Namun, dipikir-pikir,sekarang cara demikian pun sudah kelihatan sangat jadul.
Dan sekarang, hampir semua media menerima karangan yang dikirim lewat e-mail. Cara apapun yang dipakai ,salah satu hal yang perlu diingat : jangan mengirim karya yang sama ke lebih dari satu media massa. Memang belum ada aturan yang melarang mengirim satu karya ke media massa yang berbeda. “sangsinya” biasanya cukup berat kalau ketahuan. Bisa-bisa nama kita masuk black list  media massa yang bersangkutan. Setidaknya,ada pembaca yang protes dan kredibilitas kita berkurang.







XV
PERLUKAH KENAL DENGAN REDAKTUR

Percayalah karya yang baik dan bermutu tidak akan terantung pada kedekatan redaktur. Siapa pun redaktur nya ,karya yang bermutu pasti akan kelihatan.
Para pengarang yang terkenal pun pada mulanya tentu tidak terkenal. Ia terkenal karena karyanya yang bermutu bukan karena dekat dengan redaktur,dan kemudian dipublikasikan di mana-mana.















XVI
CERPEN YANG BERKESAN
Menurutku cerpen yang berkesan itu adalah, yang Judul cerpen nya sangat kuat,orisinal,langsung menempel di kepala,tapi sekaligus menilmbulkan rasa penasaran.
Beberapa kesalahan umum dalam proses kreatif penulisan fiksi:
1.      Menunda-nunda waktu menulis.
2.      Berfikir bahwa kita seorang yang pintar
3.      Menuliskan kata-kata yang rumit padahal sebenarnya bisa dituliskan dengan bahasa yang lebih sederhana.
4.      Memakai orang-orang yang nyata dalam isi ceritanya.
5.      Menjelaskan dengan bahasa yang terlalu berbunga-bunga.
6.      Menggurui pembaca.
7.      Menggurui lewat tokoh-tokohnya.
8.      Menggunakan dialek berlebihan.
9.      Berasumsisegala tahu kapan mencari kebenarannya.
10.  Berhenti mencari sumber
11.  Menyembunyikan perasaan
12.  Tidak mengindahkan saran orang lain
13.  Berhenti ditengah jalan.
14.  Cepat menyerah.
15.  Menunggu waktu yang tepat untuk menulis padahal menulis padahal menulis bisa kapan saja.
16.  Berprasangka buruk terhadap editor.
17.  Mengirim satu karya ke banyak media massa.
18.  Tidak mengedit

XVII
TIDAK PUNYA WAKTU
Selalu ada alasan yang membuat orang tidak menulis. Banyak sekali pekerjaan yang membuat kita tidak sempat menulis. Nah, waktu yang bisa kita sisihkan dari sejumlah aktivitas itu,katakanlah satu jam saja,atau satu alenia,syukur bisa satu halaman,lebih baik lagi lebih. Kalau tiap hari bisa menulis satu halaman secara konsisten,dalam setengah tahun bisa dihasilkan 180-an halaman, cukup tebal untuk membuat satu novel.
Tidak ada waktu untuk menulis ? omong kosong. “aku benar-benar tidak punya waktu. Sulit sekali menyisihkan waktu dari semua  kegiatannku.”
Lima belas menit saja tidak punya ? “tidak”
Kalau begitu,tidak usah jadi penulis.













XVIII
BIARKAN SI KOMO LEWAT

Munculnya situasi macet kadang tidak terduga. Kau sudah membuka komputer atau leptop. Layar sudah membentang, siap untuk diisi deretan huruf. Di kepalamu sudah mengalir alur cerita. Namun sekian lama kau hanya bengong menatap layar putih . Kata-kata tidak bergumpalan tidak karuan bentuknya dikepala. Mungkin kau udah mencoba mengetik beberapa kata. Lalu menghapusnya, mengganti dengan kata lain. Tapi dihapus lagi. Dan akhirnya kau menyerah,bersandar di kursi dengan tatapan kosong. Aku sering mengalaminya .Dan para penulis hebat itu pastilah punya cara jitu untuk lepas dari kemacetan menulis.
Karena kemacetan menulis bisa dialami siapa saja,kemacetan apa yang membedakan tiap penulis adalah cara menyikapi kemacetan itu. Aku sendiri tidak akan memaksakan kalau secara mendadak mengalami kebuntuan. Aku akan bangkit,jalan-jalan keluar dari kamar,menghirup udara segar. Aku melakukan aktivitas yang dapat menyegarkan pikiran.
Sebagai pekerja jurnalistik,aku terbiasa berhadapan dengan tenggat. Tenggat adalah sebuah garis batas khayali yang tidak boleh di langgar. Kalau kita langgar ,kita akan berhadapan dengan banyak konsekuensi buruk : cetak Koran terlambat,makan koranpun akan terlambat beredar.
Ada dorongan yang kuat untuk segera menyelesaikan tulisan jika aku sudah mulai melihat garis maya bernama tenggat. Motivasi menjadi berlipat. Dan aku bisa menulis dengan lebih cepat.


BAB XIX
MEMBACA ITU BERNAPAS

Memang sudah penilaian lama bahwa minta baca bangsa kita parah. Bangsa kita bukan bangsa yang memiliki budaya membaca. Membaca di anggap pekerjaan yang sia-sia,membuang-buang waktu, yang hanya dilakukan oleh seseorang yang aneh.
Sampai sekarang,aku tidak pernah berhenti membaca,dan tidak ingin berhenti. Ibaratnya sudah menjadi kebutuhan,tak ubahnya seperti bernapas. Membacalah, maka akan kautemukan banyak sumber ide bagi penulisan. Tulisan akan bertambah kaya. Gaya tulisan akan terasah.

BAB XX
KEMAMPUAN BERBAHASA
Dengan bahasa-tanda baca, ejaan, diksi, penyusunan kalimat, pengaturan alenia, dan lain-lain—kita menyusun sebuah bangunan bernama tulisan atau karangan. Ibarat bahan bangunan,bahasa yang baik akan menghasilkan bangunan yang baik.
Kalai kau enggan meningkatkan pengetahuan dalam pemakaian tanda baca dan ejaan,memahirkan kemampuanmu dalam menyusun kalimat yang efektif , dan menambah banyak simpanan kosakatamu,kau akan sulit mencapai kemajuan.
Buku mengenai ejaan yang disempurnakan, tentang bahasa yang baik dan benar, serta kamus bahasa dengan mudah didapat. Bahkan internet menyediakan kebutuhan secara melimpah. Kamus Besar Bahasa Indonesia pun tersedia versi daring(online)-nya.

BAB XXI
DARI IDE MENJADI KARYA
Dari kesukaan terhadap wayang, aku dikemudian hari membuat sejumlah cerpen dengan tema wayang. Hanya saja, aku tidak begitu saja memindahkan kisah wayang apa adanya sesuai dengan pakem. Sebaliknya, aku kerap mereka-reka sehingga berbenturan dengan pakem. Cerpen wayang,baik Mahabrata mauapun Ramayana ,menjadi sumber inspirasi sangat kaya bagi penulisan cerpen.
Desa kelahiran adalah tempat yang subur bagi ide penulisan. Tempat-tempat yang sederhana ternyata bisa menjadi sumber inspirasi penulisan cerpen.
Teman-temanku,baik teman masa kecil maupun di masa kemudian, menjadi inspirasi,lalu kujadikan nama tokoh cerpen. Kadang ada perubahan sedikit namanya.
Jelas bahwa peristiwa besar seperti tsunami dahsyat yang melanda Aceh pada akhir 2004,menjadi sumber ide yang sangat kaya.

XXII
BUKU,BERMULA DARI SAYEMBARA
Suatu hari, kudengar ada syaembara menulis novel anak-anak. Isi cerita plus selipan ilmu pengetahuan dan teknologi ditengah cerita. Dengan pengetahuan mengenai planet-planet dan matahari ,ku tulis sebuah cerita dengan judul “ Bertamasya ke Angkasa Luar”.
Buku ini aku selesaikandalam seminggu. Pada seminggu berikutnya,aku menyusun cerita mengeani seorang murid sekolah yang dinakali teman sekelasnya. Kedua naskah itu kuikutkan dalam syaembara. Ternyata dua-duanya lolos untuk diterbitkan, pada 1993. Kudengar buku itu beredar ke SD-SD hingga pelosok.
Pada 2003 sejauh ,bosku di kantor mengusulkan agar cerpen-cerpenku di bukukan. Maka ku kumpulkan cerpen-cerpen yang sudah ku publikasikan di media massa. Tak kurang dari lima puluh judul.
Kira-kira setahun sejak naskah cerpen-cerpen itu kutitipkan ,terbitlah kumpulan cerpen-cerpen pertamanku,berjudul  Sang jelita , pada Desember 2004.
Bahwa menerbitkan kumpulan cerpen lebih sulit dibandingkan dengan menerbitkan novel,aku mengalaminya sendiri.Aku punya saran bagi penulis muda untuk menerbitkankumpulan cerpen.
Pertama,jangan mudah putus aja dalam mencari penerbit. Kedua, penulis membiayai sebagian modal cetak. Ketiga, terbitkan sendiri. Keempat, terbitkan kumpulan cerpen bersama penulis lain. Kelima, jangan berfikir bahwa menerbitkan kumpulan cerpen akan menghasilkan financial yangbesar. Keenam,marilah kita berdoa semoga di masa dating buku kumpulan cerpen,kumpulan puisi,akan diterima pasar secara luas seperti halnya novel.

BAB XXIII
KARENA TEROBSESI DYAH PITALOKA
Novel memang menjadi obsesiku waktu itu,setelah sekitar lima belas tahun menulis cerpen. Obsesiku yang lain adalah sosok perempuan dalam sejarah Sunda yang konon sangat jelita sehingga Prabu Hayam Wuruk pun tergila-gila.Ya, nama nya Dyah Pitaloka.
Secara garis besar,cerita tentang Perang Bubat sudah ditulis sejumlah orang. Tapi aku mesti menyusun sendiri alur cerita yang dimulai dari sosok Dyah Pitaloka. Aku juga melakukan riset. Mula-mula riset pustaka. Aku membaca buku-buku yang menyinggung  Perang Bubat. Setelah kurasa lengkap,barulah aku mulai menulis. Aku menulis setiap hari,di rumah sebelum berangkat ke kantor. Secara keseluruhan novelku terdiri atas 30 bab. Jadi aku menulisnya dalam waktu sekitar sebulan. Setelah melalui penyuntingan sendiri, naskah itu di print,dijilid rapi, dan dikirim ke Penerbit Grasindo karena aku hanya kenal penerbit ini.
Pada Desember 2005,novel pun terbit ,dengan judul  Dyah Pitaloka,Senja di Langit Majapahit, pada pertengahan 2007 ,novel ini diterbitkan lagi dengan sampul yang berbeda dan judul yang berbeda: Dyah Pitaloka,Koraban Ambisi Politik Gajah Mada.

BAB XXIV
MENULIS BUKU CEPAT
Pada bulan April aku menerima telpon dari Penerbit Bentang,ditawari untuk menulis buku seputar peristiwa di IPDN. Kami diberi waktu hanya 10 hari. Maka,dalam sepuluh hari itulah aku dan teman-teman berbagi tugas dan bahu-membahu mengerjakan proyek. Mencari bahan di dokumentasi pemberitaan Trimbun Jabar,melakukan wawancara dengan dosen IPDN,para Praja IPDN,dan sebagainya.
Setelah itu permintaan penulisan “buku cepat” datang beruntun. Aku menyebutnya “buku cepat” dengan maksud dibuat secara cepat ,terbit cepat ,dan kehangatan mungkin saja akan menghilang cepat.

BAB XXV
MENYUNTING BUKU
Pengetahuanku mengenai bahasa-meskipun latar pendidikanku bukan bahasa-serta pengalaman sebagai penulis, dan kemudian editor (redaktor) di media massa,rupanya membukakan peluang bagiku untuk menjadi penyunting buku.
Awalnya,aku diminta menyunting terjemahan novel The lvy chronicles karya Karen Quinn,yang hendak diterbitkan C Publishing pada 2006.
Pada 2007, dalam perjalanan ke Jakarta untuk menghadiri peluncuran buku merdeka membunuhku pelan-pelan, aku dihubungi mbak Sinta dari Penerbit Hikmah,memintaku untuk menyunting buku memoar 168 Jam dalam Sandera, karya Meuty Hafid.
Sayangnya,ketika aku menyunting buku tentang kisah nyata Hee Ah Lee,pianis berjari empat,aku tidak bisa bertemu dengan pianis ajaib itu. Dengan keterbatasan yang ada,aku pun menyelesaikan penyuntingan buku The Four Fingers Pianist yang ditulis Effendi.
Beberapa buku lain yang kusunting adalah buku keagamaan.
 
BAB XXVI
MENERJEMAHKAN
Seperti juga menulis,menerjemahkan buku tampaknya sudah bisa menjadi pegangan hidup. Setidaknya temanku yang memutuskan keluar dari tempat mereka bekerja dan memilih menjadi penerjemah freelance. Bayarannya memadai,biasanya lebih tinggi disbanding editor.
Untuk bisa menjadi penerjemah yang baik, apa pun yang diterjemahkan,kita harus menguasai dengan baik bahasa sumber dan bahasa sasaran,serta tentu saja memahami materi yang diterjemahkan.

BAB XXVII
MENJADI REDAKTUR CERPEN
Mulai 2008 aku menjadi redaktur yang menangani halaman budaya,termasuk cerpen,di harian Tribun Jabar.
Cerpen yang bisa dimuat adalah cerpen yang sudah memenuhi syarat sebuah cerpen : ada cerita,ada tokoh,ada konflik,ada penyelesaian. Tidak hanya itu. Ceritanya menarik,tidak klise. Pilihan kata dan metaforanya kuat dan segar. Ada ketegangan. Penyelesaiannya masuk akal.

BAB XXVIII
TETAP DI JALAN PENA
 Salah satu guruku mengarang, Aam Amalia,pernah mengaku kecewa karena kebanyakan penulis yang sempat menjadi muridnya tidak bertahan lama berkarya. Mereka punya bakat bersar, lalu membuat satu-dua karya. Tapi dengan dalih digempur kesibukan pekerjaan kantor,mereka bilang tidak punya waktu luang untuk menulis. Akhirnya,mereka benar-benar berhenti menjadi penulis.
Seperti Achdiat Karya Mihardja (1911-2010), yang tersohor sejak 1940’an melalui novelnya. Pada tahun 2006,di usia 95 tahun. Aku ingin mengikuti jejak meraka,tak pernah kehilangan stamina hingga masa senja. Aku juga tak ingin hanya,”sekali berkarya,sesudah itu mati “. Aku ingin “terus berarti sebelum mati”.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar